HMI dan Arsip-Arsip yang Terbengkalai (Bag.2)

Rabu, 20 Februari 2019


Keterangan : Dari Kiri ke Kanan, Ny. Hartini Soekarno (meng-
gunakan peci HMI), Tuti Alawiyah (mahasiswi-anggota HMI),
Presiden Soekarno (menggunakan selempang dan lencana HMI)
Di Istana Bogor, 24 Desember 1965.
Hari itu, Senin 28 Januari 2019. Masih di tempat yang sama, di lantai 23 Perpusnas RI yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan. Sejak jam 09.45 Wib, aku sudah tenggelam dalam majalah Hikmah milik Partai Masyumi. Membaca lembar demi lembar halaman yang ada pada majalah itu. Menandainya. Kemudian menuliskannya pada buku kecil yang selalu kubawa. Aku ambil kertas putih sebagai penanda halaman yang hendak difotocopy. Tak lupa pula aku memotret isi dari majalah itu yang dianggap penting.

Sekitar jam 14.09 Wib, kulihat Akril datang melalui pintu lift lalu menuju ke arahku. Kami bicara sebentar. Mendiskusikan isi dari majalah Hikmah yang sedang kubaca. Ia lalu menuju ke komputer untuk mencari bahan bacaan yang ada di lantai 23 itu. Sedang aku, kembali fokus pada bacaanku dan pencarianku. Sepintas kulihat Akril mengambil selembar kertas. Ia menulis pada lembaran kertas putih itu, kemudian diserahkannya pada petugas perpustakaan. Entah apa yang dikatakan oleh petugas itu, kulihat Akril langsung menuju lift. Aku tak tahu apakah ia mau naik ke lantai 24, lantai paling atas dari Perpusnas RI atau mau turun.

Sekira sepuluh menit, Akril datang lagi dan menunjukkan satu buah foto bergambar Soekarno sedang mengenakan selempang dan lencana HMI. Di sisi kanan Soekarno, ada Tuti Alawiyah, dan Ibu Hartini yang mengenakan peci HMI. Tertulis pada foto itu lokasi di mana foto itu diabadikan, Istana Bogor 24 Desember 1965. Sampai saat ini, aku belum tahu ada acara apa HMI pada tanggal itu di Istana Bogor. Nanti saja aku cari, begitu pikirku. Aku pun meminta kepada Akril untuk mengirimkan foto itu ke hapeku. Setelah dikirim, ia sibuk lagi di depan komputer pencarian. Entah apa lagi yang dicari.

Kulanjutkan lagi membaca tulisan Hamka, Tjemburu (Ghirah) pada majalah Hikmah No.27 Tahun VIII edisi 3 Juli 1954. Pada tulisan itu, keprihatinan Hamka sangat tampak saat melihat pergeseran budaya yang terjadi di tanah air. Kehormatan yang seharusnya dijaga, malah dibiarkan dirusak oleh tindakan dan perilaku kita sendiri. Hamka mencontohkan masuknya budaya Barat ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia dalam tulisannya itu.

Tulisan Deliar Noer di Majalah Hikmah
4 Juni 1955
Hamka memulainya dengan sebuah peristiwa di Medan yang terjadi pada tahun 1928. Waktu itu, seorang pemuda melakukan aksi pembunuhan terhadap pemuda lainnya dikarenakan kehormatan adik perempuannya diganggu. Saat divonis 15 tahun penjara karena aksi pembunuhannya itu, pemuda sang pembunuh itu tak sedikit pun menunjukkan rasa penyesalan. Malahan ia tersenyum. Baginya, membela kehormatan adik perempuannya adalah membela kehormatan keluarga besarnya. Justru kalau pemuda itu tak melakukan tindakan apa-apa atas penghinaan yang dilakukan oleh pemuda yang telah dibunuhnya itu, kehormatan keluarganyalah yang telah hilang.

Dalam tulisan itu, Hamka juga menyuguhkan sebuah peristiwa di Tapanuli Selatan pada tahun 1938. Pada tahun itu, ada seorang ibu membawa anak perempuannya mandi di sungai Batang Gadis. Selesai mandi, dikeluarkannya pisau dari dalam ikat pinggangnya, lalu ditikamnya anaknya itu kemudian disembelihnya. Saat diadili di pengadilan dan ditanyakan motif pembunuhan yang dilakukannya, sang ibu menjawab ; “lebih baik ia mati, daripada hidup memberi malu,”. Anak perempuan itu dibunuh dikarenakan ia telah ‘berintaian’ dengan seorang laki-laki. Meski dihukum, tak ada orang kampung yang menyalahkan perbuatan ibu itu!

Lewat tulisannya itu, Hamka mewanti-wanti agar bangsa Indonesia tak mudah tergoda dengan ekspansi budaya Barat yang masuk lewat penyebaran film dan fashion. Dari sana, budaya kita secara perlahan-lahan akan dikikis hingga menganggap apa yang dilakukan oleh orang-orang Barat adalah hal yang lumrah. Misalnya berciuman dengan yang bukan muhrimnya, memakai pakaian mini, hingga berdansa dengan perempuan lain yang bukan istrinya.

Bagi orang Barat, hal-hal yang demikian adalah biasa. Namun, bagi masyarakat kita, hal yang demikian adalah hal yang tabu. Ada dua peristiwa yang saya catat, di mana hanya gegara dansa saja, para elite politik kita saat itu dicerca oleh umat Islam. Pertama, laporan dari Harian Abadi dalam rubrik surat kiriman atau surat pembaca. Saat itu, koran Harian Abadi edisi 19 Januari 1955 memuat gambar dr. Helmi (Duta Besar Indonesia) sedang berdansa dengan seorang wanita yang bukan muhrimnya. Gambar itu kemudian memancing reaksi sebagian umat Islam yang jengah melihat pemimpinnya berlaku tak pantas. Kedua, surat protes Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia yang ditujukan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sostroamidjojo. Dalam surat tersebut, PB PII memprotes keras Panitia Konferensi Asia-Afrika yang berencana menyediakan ‘Dancing Room’ bagi para utusan peserta konferensi.

Menurut PB PII, dansa adalah sebuah tari yang timbul dari luar daerah Asia Afrika yang datang dan masuk ke wilayah mereka dengan membawa nafsu kolonialisme bangsa-bangsa Barat. Bagi bangsa Indonesia, menurut surat PB PII itu, dansa merupakan sebuah tari yang tidak hanya bertentangan dengan adat istiadat bangsa Indonesia, tetapi juga sebuah tingkah yang menyinggung perasaan budaya nasional Indonesia. Maka, lewat surat tersebut, PB PII memberikan saran agar lebih baik memperkenalkan tarian tradisional Indonesia dalam forum internasional itu.

Saat hendak membaca halaman lain dari majalah Hikmah, kulihat Akril diberikan satu bendel majalah oleh petugas perpustakaan. Aku tak tahu nama dari majalah itu. Ia membukanya. Dilihatnya halaman demi halaman. Kemudian menyorongkan majalah itu kepadaku sambil berkata :

“Bang, ini majalah PB HMI terbitan tahun 1954-1955,”katanya.

Majalah Media terbitan PB HMI edisi tahun 1954-1955
Segera saja kulihat. Kuperhatikan. Kuhitung semuanya. Ada 12 edisi terbitan majalah Media. Eureka! Akhirnya, ketemu juga. Inilah majalah yang dimaksud oleh Deliar Noer dalam tulisannya di majalah Hikmah 4 Juni 1955 yang berjudul Sedikit Tentang HMI : Konferensi Akbar di Kaliurang. Sebelumnya, aku sudah menemukan majalah Media terbitan PB HMI edisi 1- 4 tahun 1959, dan sudah difotocopy untuk koleksiku. Melihat majalah Media tahun 1954-1955, aku pun meminta kepada petugas perpustakaan untuk memfotocopy satu bendel majalah itu dan menjilidnya.

Alhamdulillah. Satu persatu pencarianku berhasil. Namun, rasa penasaran dan rasa ingin tahuku bukannya makin pudar. Justru semakin tinggi. Aku masih penasaran. Ada rentang waktu yang kosong di tahun 1956-1958. Benarkah di masa itu PB HMI tidak menerbitkan majalah Media? Jika memang iya, apa alasan dan kendalanya? Pertanyaan-pertanyaan itu masih menghantuiku.

Jakarta, 21 Februari 2019.

Share this article :

10 komentar:

  1. Makasih saudaraku tuk bacaanya.

    BalasHapus
  2. setelahs saya membaca blog ini sangan menginspirasikan saya dngan hal tersebut bisa terjadi dan ini sangat luar biasa untuk dibaca memberikan bnyak wawasan baik jngan lupa untuk mengunjungi website https://www.studentcompanion.co.za/forums/users/situs988poker/?wmc-currency=BWP

    BalasHapus
  3. dengan membaca website ini membantu saya karena saya mendapatkan wawasan dari website ini, thanks dan jngan lupa berkunjung ke sonic poker online http://www.riktigtkaffe.se/member.php?70435-scherazard22

    BalasHapus
  4. I am really happy with articles quality and presentation. Thank you so much. dont forget to visit my website sonincpoker

    BalasHapus
  5. Agen IDN Poker adalah situs IDN poker online yang sudah terkenal di Indonesia banyak sekali para penjudi online di tanah air. Yang mencari situs judi IDN Poker mana sih yang paling bisa di percaya saat ini? Kami saat ini sebagai agen resmi IDN poker resmi sangat menyarankan bermain server IDN Poker di situs kami https://tercerafundacion.net/foros/profile.php?mode=viewprofile&u=10315

    BalasHapus
  6. terima kasih situs ini sudah memberikan pengetahuan yang bagus dan apabila ada yang ingin bermain judi bisa mengunjungi judisbobet wapkarena berapapun kemenangan anda pasti akan dibayar

    BalasHapus
  7. setelah saya mebaca blok ini , saya sangat berterimah kasih, karena telah memberikan pengetahuan kepada saya.
    link sbobet mobile

    BalasHapus

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger