Terapi Kejut Program Kerja PB HMI

Senin, 31 Desember 2018

Wajah Klinik HMI di Sekretariat PB HMI sebelum tragedi Tsunami Selat Banten
Tahun 2018 telah berlalu dengan beragam kisah dan dinamikanya. Dan banyak hal yang telah terlewati bersama di tahun itu. Kongres HMI ke-XXX di kota Ambon hingga Munas LAPMI ke-VII di Surabaya. Di tahun itu pula, dinamika yang keras di kota Ambon saat kongres dapat terlewati dengan sangat manis dan heroik dengan terpilihnya saudara Respiratori Saddam Al-Jihad (RSA). Sayangnya, dinamika saat itu luput ditulis oleh penulis.

Kemalasan berhadapan dengan laptop menjadi faktor paling utama mengapa dinamika saat itu tak sempat tertuliskan. Namun, di luar itu, niat untuk menulis masih tetap membara meski hanya sekedar catatan harian yang tidak dipublikasikan. Bagi penulis sendiri, menulis catatan harian adalah agenda wajib layaknya sholat lima waktu.

Zaman bergerak, waktu demi waktu terlewati. Perhatian atas jalannya Himpunan tak sedikit pun alpa untuk diikuti. Sebagai bagian dari Stering Committee Kongres Ambon, penulis memiliki harapan membuncah atas terpilihnya RSA kala itu. Masih terpacak dalam ingatan saat usai perhitungan suara, penulis beserta dengan dua kandidat yang berasal dari LPP sempat berfoto bareng dan saling berbisik, “di bawah RSA, HMI akan lebih produktif dan optimis dengan wajah baru yang diusungnya untuk Himpunan”.

Harapan membuncah itu tak hanya dari penulis dan dua kandidat dari LPP itu,melainkan dari segenap keluarga besar HMI. Bagaimana tidak, sejarah telah tertulis di kota Manise dengan terpilihnya RSA dengan jumlah suara mutlak dan telak melebihi kandidat lainnya. Menjadi wajar bila kemudian, harapan yang tinggi serta impian wajah baru HMI dipanggul oleh RSA dan kepengurusannya.

Seiring berjalannya waktu, harapan itu terjawab dengan beberapa program kerja yang membuat keluarga besar HMI se-Indonesia berdecak kagum dan mengapresiasi kerja-kerja PB HMI yang berbeda dengan periode sebelumnya. Agenda launching program kerja digencarkan baik melalui media sosial facebook, instagram hingga status whatsapp pengurus besar. Meski kegiatan itu akan digelar pada bulan depan, launching program itu sudah dapat diketahui oleh kader-kader HMI sebulan sebelumnya.

Launching studio HMI TV dengan tagline HMI Go Digital dibeber. Launching Klinik HMI disuguhkan. Pengadaan ambulance bagi masyarakat miskin yang tak mampu, digelar. Pembukaan HMI Cabang luar negeri pun dilakukan. Semuanya mendapat standing applause dari keluarga besar HMI tak terkecuali program kerja lainnya yang sudah dilaksanakan oleh PB HMI. Penulis memperhatikan, program kerja yang sudah dilaunching ini tak main-main tentunya. Apalagi, dari media online Kumparan diberitakan bahwa PB HMI akan menggandeng Net Mediatama untuk menjadi mentor dari pengelolaan HMI TV ini nantinya. Sebuah program kerja yang menurut penulis adalah hal baru dan akan menjawab tantangan HMI di masa depan.

Kandidat Kongres HMI ke-XXX Ambon beserta OC Kongres
Tak mengherankan bila setiap agenda program kerja yang berisi serimonial launching ini mendapat dukungan dari publik HMI. Lihat saja untuk program pengadaan ambulance yang diposting oleh RSA di akun instagramnya mendapat tanda like sebanyak 2.086 dan pamflet HMI Go Digital disukai sekitar 988 penyuka. Belum lagi dukungan-dukungan yang diberikan melalui grup-grup whatsapp yang penulis ikuti. Ini menandakan bahwa program kerja ini mendapat dukungan sebagian besar kader HMI.

Sayangnya, launching hanya sekedar launching. Ia tidak dibarengi dengan tindak lanjut program untuk keberlanjutan dari program yang telah dilaunching itu. Imbasnya adalah launching studio TV yang awalnya mendapat gemuruh tepuk tangan dari keluarga besar HMI kini tak terdengar lagi beritanya. Tak lagi ditemukan kiriman berupa link tv streaming yang mengabarkan kegiatan-kegiatan PB HMI. Justru, akun instagram dengan nama HMI TV dibuat oleh orang lain yang entah siapa pengelolanya. Hantu blau mungkin. Jika demikian adanya, untuk apa kegiatan launching tv itu digelar bila tidak ada keberlanjutannya?

Itu pertama. Kedua, terkait dengan launching klinik HMI. Bagi penulis, program ini merupakan program kerja yang sangat bermanfaat bila fungsionaris pengurus besar mampu menerjemahkan apa yang sudah dilaunching itu. Masih sulitnya masyarakat kecil untuk mendapat pengobatan di rumah sakit negeri atau pun swasta, pengadaan klinik HMI sedikit banyak akan memberikan citra positif HMI di mata masyarakat. HMI jadi lebih dikenal dan dekat dengan masyarakat yang kurang mampu.

Ironisnya, nasib keberadaan klinik HMI tak berbeda jauh dengan studio tv yang sudah dilaunching. Klinik HMI itu teronggok tak berdaya. Sepi dari pengunjung. Alih-alih difungsikan, ruangan itu bahkan menjadi tempat menaruh barang-barang yang tak ada hubungannya dengan persoalan kesehatan dan perawatan. Padahal, untuk pembangunan klinik HMI itu harus membuang atau menggeser perpustakaan yang sudah ada.

Ruang perpustakaan HMI yang sebelumnya minim koleksi, seharusnya tak perlu mengalami pergeseran atau bahkan ditiadakan sama sekali. Justru perpustakaan itu harus dikembangkan dengan menambah koleksi bacaan-bacaan yang bisa menambah cakrawala berpikir pengurus besar. Bagi penulis, keberadaan perpustakaan di sekretariat organisasi kemahasiswaan adalah hal yang wajib ada sebagai penanda bahwa organisasi kemahasiswaan itu bercirikan intelektual. Sebagaimana diketahui, intelektualitas adalah ciri khas HMI. Meniadakan hal itu sama saja meniadakan salah satu dari tafsir lima kualitas Insan Cita yakni kualitas Insan Akademis.

Penulis bersama Dirut LEPPAMI dan dua kandidat Ketua Umum PB HMI dari LPP 
Dibandingkan periode sebelumnya, periode kali ini memang lebih baik dalam hal pengadaan fasilitas bacaan berupa koran harian yang menjadi langganan setiap harinya. Sependek ingatan penulis, ada empat koran harian yang menjadi langganan sekretariat PB HMI. Yakni Republika, Kompas, Sindo dan Tempo. Keempat koran itu selalu datang menunggu untuk dibaca tiap paginya oleh kader HMI atau pengurus besar yang berkunjung ke sana. Sayangnya, keempat koran itu jarang disentuh dan dibaca sebagai asupan informasi yang berguna untuk menambah wawasan fungsionaris pengurus besar guna mengupgrade informasi yang sedang terjadi. Mungkin mereka merasa cukup dengan membaca informasi melalui media online. Namun, sebenarnya ada juga beberapa informasi yang tak semuanya didapat di media online. Belum lagi bila kita berbicara soal efek media online yang tingkat akurasinya sangatlah rendah. Untuk pembahasan ini, mungkin akan butuh waktu dan ruang yang sangat panjang untuk mendiskusikannya.

Jadi, program kerja yang telah dilakukan oleh PB HMI selama ini menurut penulis hanyalah ibarat terapi kejut saja. Sebab, kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu hanyalah kegiatan-kegiatan insidentil yang tak memiliki efek jangka panjang bagi Himpunan. Bila demikian adanya, di mana letak keberlanjutannya? Wassalam!

Jakarta, 1 Januari 2019


Share this article :

4 komentar:

  1. Loh periode lalu 5 koran dan 1 majalah (tempo). Semester 1 dan 2 ada pengadaan itu. Hanya biasa selalu diculik sama yg baca

    BalasHapus
  2. Semoga ada tindak lanjut dari proker tersebut..

    PB HMI mantap 👍

    BalasHapus
  3. Semoga ada tindak lanjut dari proker tersebut..

    PB HMI mantap 👍

    BalasHapus
  4. Semoga ada tindak lanjut dari proker tersebut..

    PB HMI mantap 👍

    BalasHapus

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger