Merespons Seruan Perdamaian PB HMI di Forum ICYF DC

Kamis, 19 April 2018

Pasca kongres HMI ke-XXX di Ambon Februari lalu, segenap keluarga besar HMI banyak menaruh harapan pada lokomotif gerakan organisasi Hijau Hitam ini. Sebagai mandataris kongres, Ketua Umum PB HMI saat ini, Respiratori Saddam Al-Jihad, selalu ditunggu-tunggu statement, gerakan dan kiprahnya dalam menyikapi kondisi politik dan sosial di tanah air. Tak hanya itu, gerakan dan kiprahnya sebagai salah satu lokomotif gerakan organisasi mahasiswa Islam Indonesia pun dinantikan oleh umat Islam Indonesia dalam menyikapi kondisi politik global yang saat ini sedang panas-panasnya.
 
Lewat tulisan ini, penulis hendak merespons seruan Ketua Umum PB HMI dalam forum Islamic Conference Youth Forum for Dialogue and Cooperation yang dihelat di Baku, Azerbaijan, sejak 15-19 April kemarin. Terutama, penulis sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh Ketua Umum PB HMI dalam forum tersebut. Pertama, soal seruannya pada penduduk dunia agar saling mengaja perdamaian. Seruan ini merupakan oase di tengah kegilaan para pemimpin dunia di belahan dunia sana yang mencoba mengotori nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Telah kita ketahui bersama, beberapa hari lalu, tepatnya pada 14 April 2018, satu hari sebelum forum ICYF DC tersebut digelar, Syria dibombardir 105 rudal pasukan militer USA, Inggris dan Prancis hingga membuat negara yang dipimpin oleh Bassar Al-Assad itu nyaris koyak. Serangan ini tentu membuat sebagian penduduk dunia, terutama masyarakat di dunia Islam, menjadi prihatin akan masa depan rakyat Syria. Karena merekalah tentunya yang akan menjadi korban pertama dari konflik elite para pemimpin dunia yang menjadikan Syria sebagai medan pertempuran.

Motif serangan itu pun masih simpang-siur. Benarkah serangan itu merupakan jawaban USA dan sekutunya atas penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh pemerintahan Bassar Al-Assad? Ataukah serangan itu merupakan ketakutan USA dan sekutunya atas perkembangan dan kemajuan kekuatan riset dan militer Syria? Marilah kita tengok target dari serangan membabi buta tersebut.

Berdasarkan laporan juru bicara militer Rusia, Kolonel Jenderal Sergei Rudskoi, sebagai mana dikutip oleh www.bbc.com , bahwa yang menjadi target dari serangan tersebut adalah landasan udara, industri, dan fasilitas riset yang dimiliki oleh Syria. Pertanyaannya kemudian adalah atas alasan apa fasilitas riset juga menjadi target dari serangan USA dan sekutunya?

Bila alasan yang diajukan adalah karena fasilitas riset yang ada di Syria menjadi lokasi dari pembuatan senjata kimia, menurut penulis, ini adalah alasan yang mengada-ada dan dipenuhi dengan tabir kebohongan. Masih lekat dalam ingatan, kala USA melakukan invasi atas Irak pada tahun 2003 lalu. Dengan dalih bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal, Negeri Paman Sam itu berupaya menggiring opini publik dunia akan ancaman besar yang akan terjadi bila Irak dibiarkan bebas memproduksi senjata pemusnah massal. 

Hingga perang usai di Irak dengan kemenangan yang diraih oleh pihak agresor, tak ditemui secuilpun lokasi pembuatan senjata pemusnah massal sebagaimana yang digaung-gaungkan oleh USA sebelumnya. Alasan bahwa Irak memproduksi senjata pemusnah massal adalah kebohongan pihak USA demi mendapat legitimasi penduduk dunia akan tindakan yang dilakukannya atas Irak. Dan, saat ini, dengan alasan dan pola yang sama, USA mencoba untuk menggiring opini publik internasional agar tindakan yang dilakukannya atas Syria mendapat pembenaran.

Kedua, penulis juga mengapresiasi dorongan PB HMI untuk dibentuknya Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Pemuda dengan menjadikan pendidikan sebagai salah satu jalan keluarnya.  Pada point ini penulis seketika teringat dengan tuturan Nurcholish Madjid yang mengatakan bahwa pendidikan yang baik adalah yang dapat membentuk manusia liberal dan kritis yang nantinya akan mengarahkannya menjadi manusia merdeka (untuk ini, lihat buku Nurcholish Madjid, Islam Kerakyatan dan Keindonesiaan : Pikiran-Pikiran Madjid Muda, Penerbit Mizan, hal. 330-331)

Pemuda, sebagai generasi penerus bangsa, memiliki beban dan tanggungjawab yang besar untuk membawa negara ini menuju pada arah yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa. Beban berat yang harus dipikul ini tentu membutuhkan banyak kecakapan dan keahlian yang mumpuni. Tak hanya kecakapan dalam hal-hal yang berkaitan dengan persoalan duniawi, melainkan juga harus mumpuni dan tak melupakan persoalan ukhrowi. Sebab, sebagaimana dikatakan oleh Cak Nur, pendidikan, terutama pendidikan Islam, haruslah dapat memberikan arah pengembangan dua dimensi, yakni dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Pada dua wilayah pijakan itulah yang harus terus disuarakan oleh PB HMI. Karena dengan demikian, konsep dan gagasan pembaharuan pendidikan sebagaimana diidam-idamkan oleh Cak Nur, dapat diteruskan oleh kader HMI setelahnya.

Nah, di sini menjadi tampak bahwa forum pemuda muslim dunia yang dihadiri pemuda dari negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), adalah panggung yang sangat tepat untuk melemparkan gagasan keislaman dan kebangsaan HMI. Sebagai anak kandung umat dan bangsa, peran HMI memang harusnya lebih meluas lagi. Tak melulu hanya menyikapi persoalan internal HMI, melainkan juga merespons segenap problematika keumatan yang sedang melilit umat Islam saat ini.

Seruan itu, layaknya direspon positif oleh kader HMI di manapun berada. Hal ini, selain sesuai dengan misi keumatan HMI, juga merupakan peluang bagi HMI untuk tampil dan berkiprah di panggung dunia Internasional. Upaya-upaya seperti ini, merupakan jalan kembali HMI untuk menancapkan perannya dalam percaturan dunia Internasional. Hal yang selama beberapa periode kepengurusan PB HMI, kerap alpa dilakukan.

Saat ini era sudah berubah. Roda zaman telah bergerak. Masyarakat dunia sudah terkoneksi antara satu dan lainnya lewat terjadinya gelombang revolusi media informasi dan komunikasi. Perubahan ini tentu membawa imbas yang tak sepele bagi manusia. Terutama kalangan pemuda dan mahasiswanya. Dan, kini publik menunggu. Konsep perbaikan macam apa yang ditawarkan oleh PB HMI, terutama bidang Pemberdayaan Umat PB HMI dalam memberikan solusi atas silang sengkarut sistem haji dan umroh yang banyak memakan korban dari umat Islam sendiri?

Lho kok ke persoalan haji? Tak apa-apa. Hitung-hitung buat kalimat pengunci. Dan pengingat buat Ketua Bidang ini di PB HMI. He he he.. Peace Bang Akbar Hanubun. (*)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger