Minggu, 04 Juni 2017
Aku masih tetap menjalani
aktivitas membaca buku selama bulan Ramadhan ini. Sejujurnya, ada banyak buku
yang belum sempat terbaca dari beberapa buku yang kumiliki. Ada yang baru
terbaca separuh, sepertiga halaman buku bahkan ada yang masih bersegel dan berplastik
alias masih baru.
Keinginan untuk membaca semua
buku itu masihlah sangat tinggi. Saking tingginya aku bingung menentukan
pilihan mana yang pertama dari buku-buku itu yang harus aku baca. Aku merasa
semua buku itu penting untuk dibaca.
Kebingungan menentukan buku
pertama yang hendak dibaca membawaku pada sikap serampangan mengambil buku apa
saja yang menarik di pandangan mataku. Untuk bulan Ramadhan ini, sejak hari
pertama hingga kini, hanya bukunya Swami Vivekananda yang tumpas terbaca. Buku
lainnya yang berjudul ‘Kudeta Mekkah’, ‘Islam dan Pancasila Sebagai Dasar
Negara’ masih kusigi dan selalu kubawa ke sana ke mari. Dan satu lagi buku yang
kubaca ulang, buku karyanya Sukarno yang berjudul ‘Revolusi Belum Selesai’.
Mungkin proses aktivitas membaca
buku selama ramadhan ini terkesan sangatlah lambat. Biasanya, di luar bulan
Ramadhan,dalam jangka waktu seminggu ada tiga buku yang tuntas kubaca. Namun
selama seminggu bulan puasa ini, hanya baru satu buku yang tuntas. Selebihnya
masih dalam proses pembacaan.
Aku berpikiran bahwa kelambatan
membaca buku selama seminggu ini, di mana tidak lagi sampai tiga buku yang
terbaca, dikarenakan berbedanya proses membaca yang kulakukan kali ini. Bila
sebelumnya aku hanya sekedar membaca sambil mencorat-coret kalimat atau
perkataan yang ada dalam buku dengan stabilo atau pena yang kumiliki. Kini tak
hanya itu.
Aku tak hanya sekedar mencorat-coret
buku yang kubaca. Memberinya tanda untuk kemudian aku kurung ia agar tak lari
ke mana-mana. Melainkan lebih dari itu. Aku memindahkan semua kutipan-kutipan
menarik yang aku coret dari buku bacaan itu ke dalam laptopku.
Aku menyediakan folder khusus
kutipan buku dari beberapa buku yang kubaca. Hal ini kulakukan agar aku mudah
mengambil quote menarik saat hendak menulis opini atau artikel. Dari folder
kutipan buku itu terbagi menjadi beberapa folder kutipan buku yang disesuaikan
dengan genre buku yang telah dibaca.
Ada folder kutipan buku sastra,
sejarah dan politik, kebudayaan, pemikiran islam dan filsafat, dan biografi.
Pola membaca yang seperti itu, sebenarnya pernah aku lakukan dulu saat masih di
Surabaya. Sayangnya saat itu, setiap kutipan buku dari buku yang tuntas
terbaca, aku pindahkan alias aku ketik pada laptop milik juniorku dari Bali.
Maklum, saat di Surabaya dulu, aku masih belum memiliki laptop seperti saat di
Jakarta ini.
Adanya laptop membuatku mudah
mengumpulkan semua data yang kumiliki. Baik itu data berupa foto, film, musik,
tulisan, atau pun sekedar coretan celotehan yang ala kadarnya. Aku menyimpan
semua itu dalam laptopku. Aku berharap, entah kapan, saat ada banyak waktu
longgar buatku untuk menulis, data-data itu mampu memberiku inspirasi.Data-data
itu sangatlah penting buatku. Aku betul-betul ingin menjaganya. Merawatnya agar
tak mengalami kerusakan.
Tak hanya itu. Aku juga suka
banget mengumpulkan koran-koran, majalah, atau artikel yang kudapat saat
mengikuti seminar atau diskusi. Kebiasaan ini aku mulai saat masih di Surabaya.
Entah kenapa aku suka banget mengkliping tulisan orang lain atau pun berita
yang sedang terjadi. Hingga tidaklah mengherankan saat usai kuliah di Surabaya,
ada banyak kardus berisi buku, koran dan majalah yang aku bawa pulang.
Kardus-kardus berisi buku, majalah, koran dan artikel-artikel itu kini ada di
kediaman kakakku di Sidoarjo. Aku menitipnya di sana. Suatu saat aku akan
mengambilnya kembali bila aku sudah berkeluarga dan tinggal bersama dengan
kekasihku dalam gubuk kecilku.
Kadang, bila aku sempat, aku
mengambil satu, dua atau tiga buku dari kardus buku yang aku titip di kediaman
kakakku itu untuk aku bawa ke Jakarta. Sedikit demi sedikit aku bawa. Hingga
tanpa terasa, buku yang kini terbawa olehku sudah lebih dari dua ratus buku
sepertinya. Itu pun masih belum terhitung buku yang aku beli di Jakarta.
Aku memang paling suka
mengunjungi toko buku, bazar buku, atau kegiatan apapun yang menyediakan buku
sebagai pajangannya. Aku berharap setiap mengunjungi tempat-tempat itu, selalu
ada buku yang bisa aku bawa pulang. Aku sangat cinta pada buku. Buku apapun
itu.
Bagiku, setiap buku yang kumiliki
menyimpan sejarah perjalanan dari hidupku. Dan aku masih ingat sejarah demi
sejarah hidupku lewat buku itu. Ada buku yang diberi oleh penulisnya, diberi
oleh senior, diberi oleh kawan karibku atau bahkan buku yang kuperoleh dari
hasil blusukan dari lapak toko buku yang satu ke lapak toko buku yang lainnya. Semuanya
menyimpah kisah dan kenangan tersendiri bagiku.
Jadi, kenangan itu tak hanya
tersimpan dalam memori pikiran, melainkan juga ia bisa mewujud dan tersimpan
dalam sebuah benda. Dan menurutku, kenangan dan kisah perjalanan hidup
seseorang akan lekat dan abadi bila tersimpan dalam sebuah buku. Bila tak mampu
menulis buku, maka berilah hadiah buku kepada sahabatmu sebagai kenang-kenangan.
Karena hanya dengan itu namamu akan abadi, akan selalu dikenang oleh sahabatmu.
Bukankah itu yang kamu inginkan? Selalu dikenang oleh sahabatmu? (*)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !