Lelaki
yang semenjak umur belasan muda tak bisa lagi mendapat belaian lembut kasih
sayang ibunya, selamat jalan
Lelaki
yang semenjak umur belasan muda hanya hidup bersama ayah dan saudara, dan
merasakan hangatnya kasih ibu dari kakak perempuannya saja,
selamat
jalan
Lelaki
yang semenjak remaja dilarang ayahnya sekolah ke mana-mana,
selamat jalan
Lelaki
yang semenjak kanak tidak boleh jauh-jauh dari ayahnya dan harus melihat
bagaimana ayahnya memikul penderitaan dan harapan manusia,
selamat jalan
Lelaki
yang sejak ayahnya sakit-sakitan, diminta melanjutkan tugas memikul penderitaan
dan harapan manusia,
selamat
jalan
Lelaki
yang relatif muda telah ditinggal wafat ayah tercinta, bersusah payah
melanjutkan tugas ayahnya, selamat jalan
Lelaki
yang berharap saudaranya dapat membantu mengusung beban berat tak terkira,
selamat jalan
Lelaki
yang terengah-engah sendirian mengangkat berat pikulan, karena saudara yang
diharap-harap membantunya ternyata meninggalkan,
selamat
jalan
Lelaki
yang makin sendiri setelah saudari tua pengganti ibunya, yang mengasuh dan
menemaninya sejak remaja, pergi untuk selamanya,
selamat
jalan
Lelaki
yang hatinya menangis sesenggukan, percaya tidak percaya bahwa ia tinggal
sendirian, tapi senyum di mulutnya terus mengembang, karena dunia tidak boleh
murung oleh hatinya yang murung,
selamat jalan
Lelaki
yang bertahun-tahun memikul ronta, luka, mimpi, dan harapan puluhan ribu
manusia, melewati semak-semak berduri, tersayat tajam batuan, mendaki tebing
dan melintasi jurang, menembus belantara dan padang sunyi sendirian,
selamat
jalan
Lelaki
yang menimang-nimang lapar dan dahaga manusia ke mana-mana, dan
memukul-mukulkan tangannya ke udara, agar tabung-tabung ketidakadilan pecah,
dan kemakmuran tumpah melimpah dan merata,
selamat jalan
Lelaki
yang dituduh menjilat-jilat penguasa dan karam dalam urusan dunia belaka,
selamat jalan
Lelaki
yang terpaksa naik kendaraan politik, karena warna hitam jelaga langit harus
segera diganti, dan pipa-pipa keadilan yang mampet oleh rongsokan dan sampah
harus segera dibersihkan,
selamat
jalan
Lelaki
yang menggentarkan lawan politik, tapi ditikam dan dipelantingkan kawan
sendiri,
selamat
jalan
Lelaki
yang jatuh terpelanting dan luka, tapi masih diolok-olok dan ditertawakan kawan
dan saudara, selamat jalan
Lelaki
yang menyembuhkan lukanya sendirian, selamat jalan
Lelaki
yang dengan sabar memilih dan merawat kendaraan tua milik ayahnya, karena
derita manusia harus diselesaikan dan harapannya perlu diantarkan, selamat jalan
Lelaki
yang dianggap menyimpang dari barisan "orang-orang tuhan", dan
diteriaki sebagai orang “aneh” yang akan menjerumuskan kehidupan, selamat jalan
Lelaki
yang terus difitnah, diejek-ejek, disoraki, ditertawakan, dijadikan “tambang
ghiba" yang diurai dan dililitkan ke mana-mana, bahkan oleh sejumlah
saudara, tetangga, dan orang-orang yang pernah dipikul ayah atau dirinya,
selamat jalan
Lelaki
yang terus tersenyum dan mengajari orang-orang lain tersenyum, tidak membalas
batu dengan batu, menyambut pukulan dengan pelukan, mengampuni kesalahan lawan
dan kawan, serta mendoakan kebaikan mereka, selamat jalan
Lelaki
yang berdiri tenang, menyambut, merangkul, dan mengusap-ngusap dada manusia
yang sesak oleh amarah, tidak terima dirinya dikoyak dan dinjak-injak, selamat
jalan
Lelaki
yang selalu berkata bahwa bagaimanapun ia menetak-netak dada kita, ia tetap
saudara
Lelaki
... Lelaki ... Lelaki ...Lelaki yang berhati samudera itu kini telah tiada
Seribu
tahun pun kita tak bisa lagi bertemu di padang sunyi ini
Senyumnya
telah tersimpan di cakrawala dan selama-lamanya tak ‘kan lagi mendamaikan bumi
Lelaki
yang sangat mesra, merasakan dan menimang-nimang derita kita, SIAPA ENGKAU
SEBENARNYA...? KENAPA AKU LAMBAT MENCINTAIMU SEPENUH JIWA...?
Gerimis
air mataku nyaris sia-sia, tidak sebanding dengan deras air matamu menangisi
luka semesta
Doa-doaku
terbata-bata, tak setakar dengan penderitaan panjangmu memikul nasib kelam bumi
dan mengantar anak-anak piatu sejarah dan peradaban ke pintu gerbang
kesadaran...Sedekah kami gugup gagap, memandang sedekah jiwa dan ragamu
sepanjang usia...Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu
Selamat
jalan
Walau
kuragu, adakah namaku dalam catatan perjalanan cintamu?
Ah...
Butanya mataku, tulinya telingaku, batu terjal hatiku...
Zainul
Walid
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !