TAK LULUS SMA, BISA JADI DOKTOR

Minggu, 06 April 2014

Setelah kemarin aku mengajak kalian menyaksikan bagaimana sejarah perpustakaan dalam dunia Islam serta etika peminjaman buku pada masa itu, maka kini aku mencoba untuk menuntun tangan kalian menyaksikan kisah hidup salah seorang aktor sekaligus penulis kelahiran Kanada, Michael J. Fox. Melalui sebuah buku berjudul “Hidup itu Lucu”, aku akan mengajak anda semua untuk menyaksikan kisah hidup sosok satu ini.

Michael lahir di Kanada pada tahun 1961. Masa kanak-kanak dihabiskannya di Kanada, lalu saat berumur 15 tahun ia mencoba peruntungan nasibnya untuk menjadi aktor profesional sebagai pemeran utama dalam film Leo and Me. Umur 18 tahun Michael mencoba memberanikan diri untuk mengadu nasib di Amerika. Lama di Los Angeles dan selalu mendapat peran kecil, pada akhirnya nasib baik mengantarkannya menjadi pemeran utama dalam film yang sangat legendaris, Family Ties.

Dari film itulah Michael kemudian mulai berkenalan dengan Steven Spielberg, seorang sutradara ternama di masa itu, untuk kemudian mengajaknya bermain dalam film Back to The Future. Lewat film inilah kemudian Michael menjadi bintang dan aktor International yang melambungkan namanya. Kesibukan mulai mengisi hari-harinya hingga akhirnya ia mengidap penyakit parkinson, penyakit yang juga diderita oleh petinju legendaris, Muhammad Ali.

Penyakit ini dideritanya karena kesibukan Michael diluar batas kewajaran. Bagaimana tidak, setiap harinya ia harus bekerja sebanyak 18 jam untuk mengejar beberapa kontrak film yang telah ditandatanganinya hingga membuatnya kurang tidur. Bahkan tak jarang ia lupa dengan dirinya sendiri saking capeknya. Lihatlah pengakuannya dalam buku yang ditulisnya berjudul A Funny Thing Happened on the Way to the Future ; Twists and Turns and Lessons Learned. 
 
Ia menuturkan “berbagai kajian telah membuktikan bahwa kehilangan waktu tidur yang berkepanjangan akan memberikan dampak yang merusak tubuh, memicu halusinasi dan dalam kasus-kasus yang ekstrem menyebabkan kegilaan sementara. Aku mengalami kebingungan sehingga tidak sadar aku berada di lokasi mana pada suatu waktu, tokoh mana yang aku perankan, pakaian apa yang aku kenakan dan bahkan aku tidak tahu siapa diriku”.
Dus, itulah jalan hidup Michael J. Fox yang kini menghabiskan sisa hidupnya dengan penyakit parkinson dalam tubuhnya. Namun tahukah anda, bahwa ternyata kisah hidupnya, terutama pendidikannya, tidaklah seperti kebanyakan manusia-manusia tenar lainnya. Michael tak lulus SMA! Bahkan nilai raportnya pun selama sekolah banyak dipenuhi dengan warna merah. Meski tak lulus SMA, keingintahuannya yang begitu besar akan setiap hal, membuatnya belajar pada kehidupan.

Usia 32 tahun ia mulai belajar hal-hal penting dari teori Phytagoras untuk kemudian mengikuti ujian General Equivalency Degree. Jika di Indonesia, GED ini mirip dan hampir sama dengan ujian paket C. Kegilaannya pada buku-buku pada akhirnya menghantarkannya menjadi salah seorang penulis, aktor, produser film dan komedian sukses dalam sejarah hidupnya. Lihatlah apa yang dikatakannya soal minat bacanya yang begitu tinggi. “Aku tak bisa membeli buku, dan lebih tidak bisa lagi bila aku tak membaca buku”.

Meski penyakit parkinson mulai menyerangnya, Michael bisa bangkit dari trauma yang menyelimutinya. Ia mulai membuka diri. Belajar lagi pada kehidupan. Belajar lagi pada penyakit yang dideritanya itu. Seribu pertanyaan ia ajukan pada dirinya sendiri prihal penyakit yang dideritanya hingga akhirnya ia mendirikan The Michael J. Fox Foundation for Parkinson Research pada tahun tahun 2000.

Lembaga tersebut adalah wadah bagi para penderita parkinson untuk berbagi cerita dan pengalaman soal penyakit yang dideritanya. Lembaga ini juga bertugas untuk melakukan riset serta penelitian penyakit parkinson. Aktivitas Michael tetap padat, meski Parkinson menyerangnya. Hal inilah yang membuatnya menggondol beberapa penghargaan dan gelar Doktor dari beberapa universitas ternama dunia. The Karolinska Institute di Swedia dan New York University mengganjarnya dengan titel Doktor Bidang Seni Rupa, Mount Sinai School of Medicine memberinya titel Doktor Humaniora dan University of British Columbia memberinya titel Doktor di bidang Hukum. Itulah sederet nama lembaga pendidikan international yang memberikan penghargaan padanya.

Kerap saat menyampaikan pidato sambutannya kala Michael menerima sebuah penghargaan, ia selalu berkata dengan lantang dan berapi-api. “ Apa sih yang kalian pikirkan? Kalian semua tahu, aku hanya drop out SMA?”.

Ada satu pelajaran hidup yang bisa dipetik darinya. Semangatnya yang begitu tinggi dalam belajar, optimisme, serta penuh humor adalah beberapa dari kiat hidup yang dijalaninya. Satu yang menjadi titik tekannya dalam hidup ini yaitu : HIDUP UNTUK BELAJAR!

Pernyataan tersebut di atas mengingatkanku akan tuturan Sutan Takdir Alisjahbana yang menyatakan bahwa universitas sejati itu ada pada buku-buku dan alam semesta. Bila sudah tahu demikian adanya, masih tak maukah anda untuk selalu belajar? Baik pada buku-buku ataupun pada jagad raya? Bila masih tak mau, maka anda sungguh TERLALU!!!

Surabaya, 06 April 2014.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger