Setelah
kemarin aku mengajak kalian menyaksikan bagaimana sejarah
perpustakaan dalam dunia Islam serta etika peminjaman buku pada masa
itu, maka kini aku mencoba untuk menuntun tangan kalian menyaksikan
kisah hidup salah seorang aktor sekaligus penulis kelahiran Kanada,
Michael J. Fox. Melalui sebuah buku berjudul “Hidup itu Lucu”,
aku akan mengajak anda semua untuk menyaksikan kisah hidup sosok satu
ini.
Michael
lahir di Kanada pada tahun 1961. Masa kanak-kanak dihabiskannya di
Kanada, lalu saat berumur 15 tahun ia mencoba peruntungan nasibnya
untuk menjadi aktor profesional sebagai pemeran utama dalam film Leo
and Me. Umur 18 tahun Michael mencoba memberanikan diri untuk mengadu
nasib di Amerika. Lama di Los Angeles dan selalu mendapat peran
kecil, pada akhirnya nasib baik mengantarkannya menjadi pemeran utama
dalam film yang sangat legendaris, Family Ties.
Dari
film itulah Michael kemudian mulai berkenalan dengan Steven
Spielberg, seorang sutradara ternama di masa itu, untuk kemudian
mengajaknya bermain dalam film Back to The Future. Lewat film inilah
kemudian Michael menjadi bintang dan aktor International yang
melambungkan namanya. Kesibukan mulai mengisi hari-harinya hingga
akhirnya ia mengidap penyakit parkinson, penyakit yang juga diderita
oleh petinju legendaris, Muhammad Ali.
Penyakit
ini dideritanya karena kesibukan Michael diluar batas kewajaran.
Bagaimana tidak, setiap harinya ia harus bekerja sebanyak 18 jam
untuk mengejar beberapa kontrak film yang telah ditandatanganinya
hingga membuatnya kurang tidur. Bahkan tak jarang ia lupa dengan
dirinya sendiri saking capeknya. Lihatlah pengakuannya dalam buku
yang ditulisnya berjudul A Funny Thing Happened on the Way to the
Future ; Twists and Turns and Lessons Learned.
Ia
menuturkan “berbagai kajian telah membuktikan bahwa kehilangan
waktu tidur yang berkepanjangan akan memberikan dampak yang merusak
tubuh, memicu halusinasi dan dalam kasus-kasus yang ekstrem
menyebabkan kegilaan sementara. Aku mengalami kebingungan sehingga
tidak sadar aku berada di lokasi mana pada suatu waktu, tokoh mana
yang aku perankan, pakaian apa yang aku kenakan dan bahkan aku tidak
tahu siapa diriku”.
Dus,
itulah jalan hidup Michael J. Fox yang kini menghabiskan sisa
hidupnya dengan penyakit parkinson dalam tubuhnya. Namun tahukah
anda, bahwa ternyata kisah hidupnya, terutama pendidikannya, tidaklah
seperti kebanyakan manusia-manusia tenar lainnya. Michael tak lulus
SMA! Bahkan nilai raportnya pun selama sekolah banyak dipenuhi dengan
warna merah. Meski tak lulus SMA, keingintahuannya yang begitu besar
akan setiap hal, membuatnya belajar pada kehidupan.
Usia
32 tahun ia mulai belajar hal-hal penting dari teori Phytagoras untuk
kemudian mengikuti ujian General Equivalency Degree. Jika di
Indonesia, GED ini mirip dan hampir sama dengan ujian paket C.
Kegilaannya pada buku-buku pada akhirnya menghantarkannya menjadi
salah seorang penulis, aktor, produser film dan komedian sukses dalam
sejarah hidupnya. Lihatlah apa yang dikatakannya soal minat bacanya
yang begitu tinggi. “Aku tak bisa membeli buku, dan lebih tidak
bisa lagi bila aku tak membaca buku”.
Meski
penyakit parkinson mulai menyerangnya, Michael bisa bangkit dari
trauma yang menyelimutinya. Ia mulai membuka diri. Belajar lagi pada
kehidupan. Belajar lagi pada penyakit yang dideritanya itu. Seribu
pertanyaan ia ajukan pada dirinya sendiri prihal penyakit yang
dideritanya hingga akhirnya ia mendirikan The Michael J. Fox
Foundation for Parkinson Research pada tahun tahun 2000.
Lembaga
tersebut adalah wadah bagi para penderita parkinson untuk berbagi
cerita dan pengalaman soal penyakit yang dideritanya. Lembaga ini
juga bertugas untuk melakukan riset serta penelitian penyakit
parkinson. Aktivitas Michael tetap padat, meski Parkinson
menyerangnya. Hal inilah yang membuatnya menggondol beberapa
penghargaan dan gelar Doktor dari beberapa universitas ternama
dunia. The Karolinska Institute di Swedia dan New York University
mengganjarnya dengan titel Doktor Bidang Seni Rupa, Mount Sinai
School of Medicine memberinya titel Doktor Humaniora dan University
of British Columbia memberinya titel Doktor di bidang Hukum. Itulah
sederet nama lembaga pendidikan international yang memberikan
penghargaan padanya.
Kerap
saat menyampaikan pidato sambutannya kala Michael menerima sebuah
penghargaan, ia selalu berkata dengan lantang dan berapi-api. “ Apa
sih yang kalian pikirkan? Kalian semua tahu, aku hanya drop out
SMA?”.
Ada
satu pelajaran hidup yang bisa dipetik darinya. Semangatnya yang
begitu tinggi dalam belajar, optimisme, serta penuh humor adalah
beberapa dari kiat hidup yang dijalaninya. Satu yang menjadi titik
tekannya dalam hidup ini yaitu : HIDUP UNTUK BELAJAR!
Pernyataan
tersebut di atas mengingatkanku akan tuturan Sutan Takdir Alisjahbana
yang menyatakan bahwa universitas sejati itu ada pada buku-buku dan
alam semesta. Bila sudah tahu demikian adanya, masih tak maukah anda
untuk selalu belajar? Baik pada buku-buku ataupun pada jagad raya?
Bila masih tak mau, maka anda sungguh TERLALU!!!
Surabaya,
06 April 2014.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !