CATATANKU SEJARAHKU (IV)

Jumat, 21 Maret 2014

        Hujan sepertinya masih berat meninggalkan kota ini. Meski ia datang tak tiap hari, sedikit banyak hujan bisa memberiku waktu untuk istirahat sejenak dari segala aktifitas yang mengelilingiku saban harinya. Tiap malam aku memang sudah terbiasa mengais rupiah di tengah-tengah kota. Namun bila hujan turun, aku habiskan waktu malam dengan membaca buku di kamar sempit kosku hingga adzan subuh berkumandang. 

   Menghabiskan waktu sambil ditemani tumpukan buku memang menjadi kegiatan favoritku. Selain karena aku hobi membaca, kegiatan inipun bisa kulakukan sambil tidur-tiduran hinggga bisa tidur beneran. Beda dengan malam tadi, meski hujan sempat turun, aku memaksakan diri untuk keluar mengais rupiah di antara keramaian kota. 

            Yah Surabaya memang kota yang selalu terjaga 24 jam. Tak ada waktu istirahat. Semua-muanya seakan-akan berlomba-lomba menumpukkan kekayaan. Tidak mereka pikirkan bahwa kekayaan tak akan mereka bawa mati. Kekayaan tak akan pula memberikan kebahagiaan batin bagi pemiliknya. Malah sebaliknya. Kekayaan tak jarang melahirkan pertumpahan darah sesama saudara. Kerap aku menyaksikan sesama saudara saling menumpahkan darah, berebut warisan hanya karena harta benda.

            Hanya karena berupaya mengejar kenikmatan duniawi ini pula, terkadang ada sebagian besar orang menjual harga diri dan kehormatannya. Tak peduli apakah tindakan itu akan berakibat buruk baginya, yang penting hari ini, aku dapat duit banyak. Begitu mungkin pikiran yang ada di sebagian besar penghuni kota ini.
Ada pula sebagian manusia yang lebih kreatif. Dengan modal sebuah gitar dan menyanyikan satu, dua buah lagu, gemerincing rupiah bisa diraih. Aku kenal dengan salah satu pengamen yang kerap menyanyi dan mentas di Gang Setan ini. Joko namanya. Dia pengamen yang paling kusuka dibanding pengamen lainnya yang biasa mangkal di Gang Setan. Suaranya merdu, permainan gitarnya lincah, dan ia tak akan berhenti menyanyi sebelum lagu yang dibawakannya habis sesuai dengan lagu aslinya. Sebab itulah banyak pengunjung yang memberinya uang lebih karena sikapnya yang berbeda dibanding pengamen lainnya.

            Semalam ia datang ke Gang Setan setelah sekian lama tak muncul. Aku tak tahu, ke mana dan kerja apakah gerangan hingga membuat ia tak mengamen lagi. Sempat bincang-bincang sejenak denganku, diakhir pembicaraan ia memberiku card reader berukuran 64GB. Sungguh aku bahagia karena pemberian itu. Bukan apa-apa. Beberapa hari lalu aku kehilangan flash discku. Entah jatuh, entah tertinggal di warnet, aku tak tahu. Yang kutahu card reader pemberian Joko tersebut sangatlah berarti buatku. Aku tak akan menyia-nyiakan pemberiannya ini. Semangat menulisku harus bangkit lagi, meski dua tulisan resensiku dimuat kemarin di media on line dan koran cetak Sindo. Jangan sampai itu membuat bangga dan besar hati. Terima Kasih Joko atas card readernya.

Surabaya 17 Maret 2014
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger