Thanks a lot for the lesson pray for us. Later, we can reach our purpose..!!Bali Harmonis..! Amien
Inilah
kesan ketiga yang dituliskan melalui secarik kertas putih kecil
ditujukan padaku dan Iboy. Aku terkesan pada siapapun kalian yang
menulis akan tulisan di atas. Bukan apa-apa.Dari tulisan itu ada
semangat yang menggelora untuk mewujudkan mimpi-mimpi kalian menjadi
kenyataan. Jangan takut untuk bermimpi karena dunia ini dibangun di atas
mimpi.
Tulislah mimpi-mimpi kalian di atas
langit-langit harapan. Di sana akan kalian temui bahwa mimpi akan
menuntun tangan kalian kemudian mengajak berdansa pada lengkung pelangi.
Sungguh zaman ini sudah berbeda seperti saat zaman orde baru dulu. Di
mana hanya untuk sekedar bermimpi saja kita dilarang. Maka rubahlah cara
berpikir kalian dari sekarang. Serta upayakan memahami dengan cermat
mantra yang sering diucapkan oleh Brian Tracy dengan “change your thinking, change your life“.
Yaaah.
Pikiran memang tidak bisa disumbat, dipangkas, dipenggal,apalagi
dikubur hidup-hidup. Ia akan terus berjalan dari kepala satu pada kepala
lainnya. Dibisikkan dari telinga satu ke telinga lainnya dengan bisikan
yang membawa semangat perjuangan dan perubahan. Keinginan untuk
mewujudkan tempat kelahiran kita semua menjadi “Bali Harmonis” adalah
cita-cita mulia. Tentu itu harus kita dukung dan wujudkan untuk menjadi
sebuah kenyataan yang bisa dinikmati. Lalu bagaimanakah caranya?
Selayaknya
sejarah hubungan yang pernah terjalin harmonis antara umat Muslim,
Yahudi serta Nasrani dari tahun 750-1492 M di Andalusia menjadi sebuah
replica yang harus diwujudkan kembali. Sebagaimana diketahui, pada
masa-masa itulah Andalusia menjadi objek dari penelitian para aktivis
agama-agama. Tak heran, periode peradaban Andalusia pada masa itu di
sebut sebagai periode Madinah jilid dua.
Di sana bisa
dilihat mesranya hubungan itu dari persahabatan dua tokoh berbeda
keyakinan, yaitu Ibn Rusyd dan Maimonedes. Pada persahabatan keduanyalah
sempat melahirkan pemikiran yang mencerminkan titik temu filsafat
ketuhanan. Dalam suasana menyejukkan seperti inilah yang biasanya akan
melahirkan peradaban tinggi dan unggul.
Kita semua
tentunya berharap, hal itu lahir dan berawal dari Bali. Berawal dari
pulau yang kaya akan keragaman ini. Namun, mungkinkah itu bisa menjadi
kenyataan saat di negeri ini, agama masih menjadi sumber konflik antar
umat beragama?. Saat masih banyaknya kasus-kasus kekerasan atas nama
agama kerap terulang, pelarangan melakukan ibadah hingga penusukan
terhadap penganut agama lain?
Pulau ini (Bali) punya
modal yang sangat besar untuk membangun peradaban tinggi dan
unggul.Modal itu adalah keragaman etnis, agama, budaya dan
bahasa.Unsur-unsur itu bila dikelola dengan baik, maka bukanlah
mustahil,tesis yang dikatakan oleh Fazlurrahman bahwa kemajuan dan
kebangkitan Islam berawal dari Indonesia, bisa terwujudkan.
Maka
tak adal solusi yang layak untuk diajukan selain menghilangkan kata
intoleransi dalam pagelaran sejarah umat manusia, khususnya di Bali ini.
Hilangkan pula teologi kebencian dalam masing-masing agama, sebab
itulah yang menyebabkan umat beragama menghunus pedang, saling bunuh
antar sesama.
Ideologi perang salib yang dulu
pernah ada, sudah sepantasnya dikubur dalam-dalam. Jangan lagi terulang
konflik antar umat beragama sebagaimana yang lalu-lalu itu. Kubur semua
kenangan kelam di Poso,Ambon, Maluku demi membingkai Indonesia menjadi
kota Madinah jilid tiga. Impian itu akan jadi kenyataan bila umat Muslim
melakukan pembaharuan dan perubahan dari dalam, karena itulah langkahs
emestinya yang harus dilakukan.
Akan tetapi ajaran
normatif dalam kitab suci ituterkadang atau bahkan sering menjadi fosil
yang membatu. Penganut agama masih belum bisa membedakan mana agama
sebagai sebuah produkdari Tuhan, dan agama sebagai sebuah produk
penafsiran manusia.Selama ini yang tampak dipermukaan adalah agama
sebagai sebuah paham keagamaan yang begitu kuat mengakar dalam
keyakinan. Hingga tak jarang, bila ada paham keagamaan yang berbeda,
merk kafir dan sesat biasanya akan disandang bagi siapapun yang mencoba
menawarkan perspektif berbeda dengan orang kebanyakan. Inilah
yangmenyebabkan Islam terkesan eksklusif, tertutup dan anti pembaharuan.
Apakah kalian mau Islam menjadi eksklusif
layaknya mereka-mereka yang membawa Islam dengan pedang, pentungan, dan
darah?. Tentu dengan tegas kita jawab : TIDAK!!! Karena Islam Bali tidak
seperti itu…!!!!
Surabaya,07 Mei 2013
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !