SECUIL CERITA DARI BALINESE CAMP IV (Terakhir)

Jumat, 14 Juni 2013

To : Kak Shofa
Semoga lekas dapat jodoh

Dari semua tindakan dalam kehidupan seorang manusia, pernikahan merupakan sesuatu yang paling tidak dikhawatirkan oleh orang-orang. Namun dari semua tindakan dalam hidup kita, pernikahan adalah hal yang paling banyak dicampuri oleh orang lain (John Selden sebagaimana di kutip Elizabeth Gilbert dalam bukunya Comitted)

Inilah tulisan yang dibuat sebagai penutup secuil cerita dari Balinese Camp. Kenapa yang terakhir harus kesan yang membahas prihal jodoh? Menurutku, inilah yang paling berat saya tulis seberat saya mencari jodoh itu sendiri. Bagaimana tidak, saya harus hati-hati sekali menuliskannya. Maka saya berpikir selama dua hari ini terkait apa yang akan saya tulis pada bagian penutup ini.

Kehati-hatian saya ini disebabkan karena selama tahun 2012 kemarin, rata-rata tulisan yang saya buat kebanyakan berkisah soal darah dan air mata. Anehnya, hidup yang saya jalani pun harus berdarah-darah dan penuh pertarungan. Saya jadi berpikir, apakah ini kekuatan pikiran hingga membuat saya ibarat menjalani hidup seperti apa yang saya tulis sendiri?. Maka saya berkesimpulan, tulisan penutup ini harus berbicara prihal optimisme dalam menjalani hidup serta keyakinan bahwa kebahagiaan akan aku peluk.

Kesan yang ditulis adik-adik melalui secarik kertas di atas, bagiku adalah sebuah doa dan harapan untukku agar segera mengakhiri kesendirianku.Aku yakin, ucapan “Amien“ saat kesan di atas dibacakan di tengah-tengah keramaian, didengar oleh Tuhan. Seribu terima kasih aku haturkan pada kalian semua atas doa tulus ikhlasnya untukku.

Namun bagiku, persoalan jodoh adalah persoalan Tuhan, lantas bukan berarti aku tidak mencarinya. Berulang kali aku menjalin hubungan dengan seorang gadis, berulang kali pula kegagalan selalu membuntutiku. Kejadian yang selalu berulang ini, bukannya malah membuatku jerih dalam mendekati perempuan. Tapi malah membikin aku semakin penasaran dan selalu bertanya-tanya akan sebuah skenario yang telah Tuhan persiapkan untukku.

Aku yakin, Tuhan telah mempersiapkan perempuan terbaik untukku. Tinggal aku saja yang mencarinya, ia siapa? dan ada di mana?. Mungkin saja, perempuan terbaik itu adalah ia yang selama ini ada disekitarku dan aku tidak mempedulikannya. Atau jangan-jangan, perempuan itu adalah dia!!! Ya dia..!! Perempuan yang selama ini telah mencuri mimpi-mimpiku. Perempuan yang memang sengaja disembunyikan Tuhan agar aku terus mencari, mencari dan terus mencari di mana keberadaannya.

Bila bukan dia, lalu siapa??. mungkin kamu..!!! Kamu..!!! Kamu..!! iya salah satu diantara kalian yang membaca tulisan ini. Wallahu A’lam. Yang jelas, aku yakin seyakinnya kalau Tuhan tidak sedang bermain dadu denganku.

Kenapa harus tersenyum saat membaca tulisan ini?. Bukankah kita tidak tahu siapa kelak yang akan menemani kita dalam merajut benang kasih dan asmara dalam hidup ini? Bila sudah demikian adanya, aku kok malah teringat dengan salah seorang filsuf kelahiran Andalusia Spanyol yang bernama Ibn Arabi.

Dalam sebuah karyanya yang berjudul Futuhat Al-Makkiyah ia menuturkan bahwa saat Nabi Adam dan Ibu Hawa diturunkan ke muka bumi pada tempat yang berbeda, keduanya berjalan tak tentu arah. Hingga akhirnya, keduanya dipertemukan di padang Arafah. Padang di mana sebuah keinginan menggebu bisa ditumpahkan. Padang di mana dua sosok manusia saling dipertemukan kembali setelah sebelumnya dipisahkan sekian lamanya. Padang di mana cinta dan kasih sayang berpadu dalam naungan kasih-Nya.

Nah saat bertemu itulah, Adam dan Hawa saling mendekati. Mendekatnya Adam ke Hawa disebabkan karena ia ingin mencari sesuatu yang hilang darinya. Sedangkan Hawa mendekati Adam disebabkan karena ia ingin kembali pada dari mana dirinya berasal yakni dari tulang rusuk Adam.

Begitupun aku. Ada kesadaran, keyakinan yang menghujam dalam hati bahwa Tuhan-pun akan mempertemukan aku dengan jodohku pada saat, tempat dan waktu yang tidak ku sangka-sangka. Entah pada saat kemarin, lusa, sekarang, atau di masa depan. Entah ia kukenal pada sebuah acara di Malang, Surabaya, Yogjakarta, Bandung, Jakarta, Pandeglang, Denpasar atau di Singaraja. Aku tak tahu. Aku hanya menjalani hidup ini mengalir begitu saja ibarat air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir.

Ada arah, ada tujuan yang ingin diraih air dari perjalanannya. Ia menyusup pada permukaan tanah-tanah berbatu yang bergelombang. Ia menyesap pula pada kedalaman tanah lalu berjalan, mengalir hingga ke bawah tanah di atas bumi yang kita pijak. Air akan selalu mengalir. Air akan selalu mencari celah-celah yang bisa dilaluinya meski celah itu sempit sekalipun.

Air-pun bisa menjadi lawan yang mengerikan buat kita. Ia bisa menerjang, menghempas, menampar apapun yang ada didepannya bila ia mulai tak suka. Air juga bisa menjadi kawan seperjalanan yang bisa membuat hidup kita jadi lebih terasa. Tanpanya, manusia akan kesulitan. Kehausan dalam memaknai nilai-nilai dalam hidup ini.

Air…Air…Air. Ciptaan Tuhan yang memberikan banyak arti buatku. Buatmu. Buat kita semua. Air….Air…..Air. Ciptaan Tuhan yang akan mengantarkanku pada “dia” , gadis yang dipersiapkan-Nya untukku. Air…Air…Air. Padanya mengandung banyak makna yang harus lebih dalam diselami. Air…Air…Air. Hiduplah seperti air yang terus mengalir.


  Surabaya, 10 Mei 2013
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger