Beberapa karyanya itu mengisahkan teka teki bagaimana symbol itu mempunyai makna yang tidaklah tunggal. Simbol menyimpan seribu makna yang apabila bisa dipecahkan akan memberi pencerahan bagi umat manusia. Dalam salah satu karyanya yang berjudul The Lost Symbol, Dan Brown mengajak pembaca menelusuri teka teki dunia symbol yang sarat akan makna. Diambilnya Freemansory sebagai setting cerita dalam buku setebal 706 halaman ini.
Freemasnory, sebagaimana diketahui adalah sekelompok tukang batu yang mempunyai keahlian dalam memahat dan memecahkan batu-batu besar menjadi sebuah bangunan yang menyimpan makna. Karena keahlian yang unik itulah mereka diberi tugas dan wewenang untuk membangun katedral-katedral di seluruh wilayah Eropa.
Anehnya, kelompok Freemason ini selalu saja menjadi kambing hitam, difitnah, dianggap pemuja setan dan tudingan buruk lainnya oleh kelompok lain yang membencinya. Padahal, seluruh filsafat Mason dibangun berdasarkan kejujuran dan integritas. Alih-alih melakukan serangan balik, kelompok Mason malah tak mengiraukan tudingan-tudingan negative itu bahkan mereka punya kebijakan untuk tidak mersepon semua kritik itu.
Inilah yang kemudian membuat mereka memfokuskan diri pada pengembangan ilmu pengetahuan demi melakukan hegemoni secara halus. Lihatlah bagaimana para pendiri bangsa Amerika kebanyakan adalah penganut dan menjadi anggota Mason. Tidaklah mengherankan bila bangunan-bangunan pemerintahan di Amerika, menurut Brown, menyimbolkan kemegahan dan kejeniusan Mason dalam meracik dan menyimpan kekayaan intelektualnya di tengah-tengah bangsa Amerika. Harus pula diketahui bahwa Presiden Pertama Bangsa Amerika George Washington adalah penganut Mason. Di buku inilah Brown secara cerdas meracik dan mengurai sejarah pendirian Amerika yang tidak bisa dilepaskan dari peran serta anggota Mason.
Kepintaran Brown dalam mengulas dan menggeret pembaca untuk mengartikan lukisan yang berjudul The Apotheosis of Washington layak kiranya mendapat acungan jempol. Lukisan yang keberadaannya kini ada di gedung US. Capitol ini adalah maha karya seorang pelukis berdarah Italia-Amerika, Constantino Brumidi. Karya lukisan itu menggambarkan George Washington yang ditemani tiga belas perawan dan mengalami momen apotheosisnya, sebuah momen yang menggambarkan bagaimana manusia mengalami perubahan menjadi Dewa.
Dalam lukisan itu juga terdapat gambaran anakronistis aneh sosok dewa-dewa kuno yang bagi bangsa Amerika memberikan pengaruh besar bagi perjalanan bangsanya. Ada Minerva, yang memberikan inspirasi tekhnologi bagi para penemu terbesar asal Amerika semacam Benjamin Franklin, Robert Fulten, Samuel Morse. Intinya, bagi bangsa Amerika, pengetahuan adalah kekuatan dan pengetahuan yang tepat bagi mereka, memungkinkan manusia melakukan tugas-tugas ajaib laksana seorang dewa.
Melihat hal itu, tidaklah mengherankan bila saat ini, Amerika mempunyai pengaruh yang begitu besar bagi perjalanan sebuah bangsa lainnya. Pengetahuan telah membuat mereka melakukan hegemoni structural yang sangat halus. Dominasi pengetahuan ini mereka kembangkan melalui kanalisasi penulisan buku hingga penemuan alat-alat tekhnologi yang saat ini dikonsumsi oleh Negara-negara dunia ketiga. Lalu apa sebenarnya yang membuat Amerika menjadi bangsa super power seperti saat ini kita saksikan?
Dan Brown memberikan jawabannya dengan sebuah kalimat yang sangat ringkas. “Pada mulanya adalah kata” begitu yang dia tulis dalam buku The Lost Symbol. Bagi bangsa Amerika, kata yang tertulis di atas lembaran-lembaran buku menyimpan rahasia-rahasia yang menakjubkan.Kata-kata itulah kelak yang akan menerangi jalan umat manusia. Kecintaan mereka dalam membaca dan menuliskan pemikiran-pemikiran mereka membuat apapun yang berbau Amerika sedikit banyak akan menjadi panutan seluruh umat manusia di dunia.
Mekanisme dominasi simbolik melalui buku dan pemikiran yang disebarluaskan ini, pada nantinya memuncak pada istilah yang dipakai Bourdieu tentang doxa. Dalam pemikiran filsafat, doxa adalah pandangan penguasa yang dianggap sebagai pandangan seluruh masyarakat. Individu tidak lagi memiliki sikap kritis pada pandangan penguasa. Pandangan penguasa itu biasanya bersifat sloganistik, dogmatis, sederhana, populer, dan amat mudah dicerna oleh rakyat banyak, walaupun secara konseptual, pandangan tersebut mengandung banyak kesesatan.
Jadi, buku adalah symbol penindasan manusia satu atas manusia lainnya. Menulis buku sama dengan kita melakukan upaya penindasan melalui simbol-simbol yang tertulis dalam bentuk huruf. Melalui bukulah terjadi kuasa wacana pengetahuan yang dengannya, tanpa manusia sadari telah dihegemoni oleh penulis. Buku adalah simbol penindasan. Arkeologi pengetahuan yang tersusun sekian lama dalam kertas-kertas usang ini haruslah didekonstruksi. Dengan dekonstruksi-lah manusia merasakan hidup yang sebenarnya
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !