TARIAN CINTA TERLARANG di PARIS

Sabtu, 20 Agustus 2011


Di muat di Koran Harian Radar Surabaya, 21 Agustus 2011 Judul Buku : Last Tango in Paris
Penulis : Robert Alley
Penerjemah : Rama Romindo Utomo
Penerbit : Penerbit Serambi
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal : xiii 256 hal
ISBN : 978-979-024-238-8

Tak terhitung sudah banyaknya berapa novel yang di ambil dari sebuah film. Ataupun film yang begitu bagus dalam alur ceritanya hingga dinovelkan. Bisa kita sebut beberapa diantaranya Eat Pray Love-nya Elizabeth Gilbert, Harry Potter-nya JK.Rowling, Ayat-ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy, Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Buku yang ditulis oleh Robert Alley inipun termasuk salah satu diantara beberapa film yang akhirnya dinovelkan.

Novel ini terinspirasi dari sebuah film drama romantis legendaris, Ultimo Tango in Parigi yang menjadi 100 film terpopuler sepanjang masa. Didalamnya mengisahkan tentang seluk beluk “hubungan di luar pagar“ antara laki-laki paruh baya asal Amerika bernama Paul dengan perempuan asli Paris, Jeanne.

Paul berusia sekitar 45 tahun berbanding terbalik dengan Jeanne yang setengah lebih muda usianya. Dulu sebelum menikah dengan Rosa, istrinya, Paul adalah seorang petinju, aktor hingga pemain Bongo. Yang paling membanggakan bagi Paul adalah prestasi yang ditorehkannya sebagai pemberontak di Meksiko dan sebagai Junalis di Jepang. Namun itu semua bukanlah jaminan untuknya dalam merengkuh kebahagiaan.

Akibat tewasnya Rosa, istrinya, yang melakukan tindakan bunuh diri tanpa alasan yang jelas, membuat Paul mengalami kegamangan dalam hidupnya. Di tengah kegoncangan itulah, Paul mencoba menelusuri jalanan kota Paris seorang diri.

Dari sinilah kisah dalam buku ini berawal, Paul yang baru saja mengalami suasana kelam dalam hidupnya, bertemu Jeanne yang akan segera menikah dengan seorang sutradara film, Tom. Pertemuan keduanya terjadi tanpa sengaja di sebuah stasiun kereta api di Paris. Dari sanalah pertemuan demi pertemuan terus berlanjut tanpa sepengetahuan kekasih Jeanne.

Alur cerita semakin menarik kala Paul dan Jeanne meraih kepuasan fantasi romantis dengan melakukan hubungan seks tanpa ikatan apapun. Bahkan dengan identitas diri masing-masingpun keduanya menyembunyikannya. Entah nama, asal dan usia. Kenikmatan semu yang didapatkan dari Paul, membuat Jeanne lupa pada Tom yang mencintainya dengan tulus. Semakin hari semakin dalam Jeanne terperosok dalam pelukan hangat Paul.

Jenuh atas sikap Paul yang sulit di duga, memberikan jejak kegelisahan dalam pikiran Jeanne. Diambilnya keputusan untuk menikah dengan Tom. Mulailah timbul benih-benih konflik antara Jeanne dan Paul. Paul yang masih mencintai Jeanne, berusaha kembali untuk menaklukkan hatinya. Kebulatan tekad Jeanne untuk tetap melangsungkan pernikahan dengan Tom, membuat Paul semakin kehilangan kendali. Akhir tragis pada akhirnya di terima Paul, dia tewas di ujung pistol milik yang ditembakkan oleh Jeanne tepat kedadanya.

Melihat adegan kematian Paul itu, buku setebal 256 halaman ini diilhami kisah kematian controversial Jim Morrison, vokalis band legendaries The Doors, yang ditemukan tewas dalam kamar apartemennya di Paris pada 3 Juli 1973.

Membaca buku ini, imajinasi liar pembaca di ajak untuk menonton vitalitas garang yang diperankan Paul dan Jeanne dalam buku ini. “Pengisolasian tubuh“ tidak tampak di sini. Keduanya saling memanfaatkan tubuh masing-masing demi kepuasan pribadi. Keduanya, Jeanne dan Paul, sepakat menjalin hubungan layaknya pasangan suami istri, tanpa harus ada yang mengikat. Bisa di bilang, hubungan keduanya hanya terikat oleh satu komitmen yaitu tak ada komitmen. Tak heran, filmnya banyak menyulut kontroversi disebabkan karena muatan seksualitasnya yang begitu vulgar. Hingga banyak lembaga sensor di masing-masing negara melakukan kritik tajam atasnya.

Selain itu, kelebihan buku ini terletak pada kelihaian penulisnya dalam mengaduk-ngaduk emosi pembaca. Di lain waktu pembaca akan merasa jijik kala sampai pada adegan seks yang dimainkan oleh Paul. Dibagian lainnya, pembaca akan merasa iba, sedih kala sampai pada saat Jeanne membohongi Tom, kekasihnya.

Melihat hal itu, buku bersampul sepasang kaki laki-laki dan perempuan yang lagi berdansa ini, layak kiranya di baca oleh pecinta sastra dan novel yang mencoba mencari nuansa berbeda di banding novel-novel yang pernah ada sebelumnya. Sebab, nuansa eksitensialisnya begitu terasa. Selain itu, pembaca tanpa disadari juga di ajak untuk menelusuri jalanan-jalanan sempit kota Paris beserta kekumuhan yang ada disana.

Buku yang ditulis oleh Robert Alley ini mengingatkan penulis akan kisah cinta yang dijalani oleh tokoh eksistensialis prancis, Jean Paul Sartre dengan Simone Bertrand de Beauvoir. Kisah hidup keduanya mirip dengan jalan cerita yang ada dalam novel ini. Maka untuk selanjutnya, selamat berpelesir dan berdansa di Paris.

*Peresensi Mahasiswa Theologi & Filsafat IAIN Sunan Ampel, Aktif di Bengkel Menulis Bibliopolis Surabaya

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger