SURABAYAKU YANG HILANG

Senin, 09 Mei 2011


Mendung hitam, kelam menggantung langit-langit Surabaya. Bangunan-bangunan modern di kota ini tegak berdiri dan terlihat jumawa kala gelapnya langit memancarkan aura keangkuhannya. Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan setetes demi setetes membasahi bumi. Hingga Air hujan tanpa punya rasa takut lagi semakin deras mengguyur jalanan kota bagai sengaja ditumpahkan dari balik-balik pintu langit.

Seperti biasanya, kala deras hujan mengguyur kota, banjir adalah hal yang biasa. Terjebak dengan banjir memaksaku untuk sejenak berteduh di sebuah toko di pelataran jalan Jenderal Sudirman. Bunyi Petir sahut menyahut menakut-nakuti pengendara kendaraan bermotor. Tanpa menunggu instruksi, para pengendara ikut-ikutan juga untuk mencari tempat aman agar tak basah kuyup terkena serangan air hujan.

Dari kejauhan kulihat bangunan tua peninggalan meneer Belanda di Jalan Gubernur Suryo 15.1 Wajahnya sayu, terlihat murung. Rona Kesedihan dipancarkan dari raut wajahnya. Kesedihan karena di tinggal kekasihnya, Hotel Sarkies 2 , serta di tinggal sahabat sahabat sejatinya Rumah Sakit CBZ 3, Hotel Centrum 4 dan komplek Gedung Sentral 5.

Terngiang-ngiang dalam ingatanku perkataan si Johan Silas 6 “ Kalau anda mau tahu kehidupan orang Surabaya, karakter masyarakatnya, ya anda harus masuk ke kampong-kampung. Kalau di Mall, anda tidak akan menemukan budaya, karakter serta kehidupan khas masyarakat Surabaya”. aaaaah….. menyedihkan!! Aku rasakan pernyataan itu emang benar adanya. Di pusat kota ini tidak aku temukan yang namanya Surabaya. Yang aku temukan hanyalah banyaknya fisik bangunan yang modern ala kebarat-baratan.

Tak berapa lama, bis yang mau mengantarku ke kampus tiba pas didepan toko tempatku berteduh. Tanpa pikir panjang lagi segera saja kunaik.Pikiranku menerawang mengingat kembali wajah sayu bangunan tua itu. Kemanakah akan kucari sekeping hati Surabayaku? Mungkinkah ia ada di bangunan-bangunan modern yang berjejer rapi dari ujung utara hingga selatan, timur dan barat? Ataukah ia ada di tarian erotis sang penari striptease di club-club malam? Di belaian dan paha mulus para wanita-wanita penghibur di lokalisasi Dolly?7 Atau pada bekas jejak tapak kaki Suparto Brata? Budi Darma? Lan Fang? Dukut? Atau Roeslan Abdul Gani dan Akhudiat? Adakah banyak jejak tapak kaki yang akan memberitahuku dimanakah sekeping hati Surabayaku kini berada??

Tak terasa bis yang mengantarkanku sudah sampai di depan pintu gerbang kampusku. Aaah Mudah-mudahan saja Surabayaku kutemukan di sini pikirku. Segera saja kuberlari di bawah derasnya hujan menuju kelas tanpa memperhatikan kawan-kawanku yang beda jurusan sedang duduk di jamur taman surga.8

Di dalam kelas, perhatianku belum bisa kembali karena masih teringat dengan wajah sayu bangunan tua itu. Penjelasan dosen tentang perseteruan intelektual antara Al-Ghazali dan Ibn Rusyd sama sekali tak ada yang nyantol dikepalaku. Usai bel berdentang, hatikupun puas. Puas ibarat terlepas dari jeratan jaring laba-laba yang hampir saja membunuhku.

Keesokan harinya beberapa agenda sudah menungguku. Agenda pertama adalah rapat harian dengan kawan-kawan KOPI CANGKIR lalu evaluasi dengan kawan-kawan Bibliopolis. Tepat jam 13.00 usai mandi dan makan siang kulangkahkan kakiku menuju lokasi pertemuan dengan kawan-kawan Bibliopolisdi Royal Plaza. Dengan tergesa-gesa aku berlari menuju halte pas depan kampusku. Celingukan kunantikan datangnya bis yang menuju arah Royal. Sekitar sepuluh menit bis yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. Alhamdulillah. Pujiku pada Tuhan kuucapkan.

Sesampainya di lokasi, Mbak Sasa9 selaku Direktur dbuku lagi asyik-asyiknya memberikan evaluasi atas apa yang sudah dilakukan oleh kawan-kawanku. Meski kedatanganku agak telat. Evaluasi kali ini benar-benar menambah pengetahuan baru buatku.

Malam harinya, aku niatkan dalam hati untuk blusukan ke toko-toko buku yang ada di kota ini. Target pertamaku adalah Pasar Blauran, Toko Buku Karya Anda. Mungkin saja Surabayaku ada di sana. Lamat-lamat kudengar suara dari dalam diriku berkata:


Malam berbalut mendung

Dan Rembulan yang tersipu di balik awan kelam tampak malu-malu

Telah membelit pertalian rinduku akan perjumpaanku denganmu

Aku bertanya-tanya saat gema suara bergaung dalam ingatanku

Apakah itu artinya aku mulai berkelana dalam tiap inci kenangan itu

Dimana kisahmu pernah tertangkap jelas dihatiku

Kembali kutelusuri jejak langkahmu lagi dalam gerimis malam ini…..

Ya Allah Ya Rabb

Bintang-bintang di langit masih bergelapan

Dan berjuta-juta mata masih terlelap dan Lena dalam mimpinya

Pintu-pintu istana telah terkunci

Sementara pecinta telah menyendiri dengan yang dicintainya

Inilah aku telah berada dihadirat-Mu

Ya Allah Ya Rabb..

Malam hampir saja berlalu

Lalu Siang akan segera menampakkan dirinya

Aku gelisah

Demi Kemahakuasaan-Mu

Sekiranya Engkau usir aku dari pintu-Mu

Aku tak akan pergi sebelum kutemukan Surabayaku



Surabaya, Menjelang Subuh 16 Januari 2011



1 Gedung De Simpangsche Societeit atau Balai Pemuda sekarang.

2 Hotel di Jalan Embong Malang kini jadi Tunjungan Plaza

3 Rumah sakit ini kini berubah menjadi Delta Plaza

4 Hotel ini dulu terletak di jalan Bubutan kini telah hilang alias musnah

5 Gedung di jalan Tunjungan. Nasibnya sama dengan Hotel Centrum

6 Tentang sosok satu ini silahkan baca Agus Wahyudi, Sketsa Tokoh Surabaya, penerbit Selasar : Surabaya

7 Lokalisasi Dolly ini merupakan lokalisasi terbesar di wilayah Asia Tenggara. Dolly dulunya adalah kompleks pemakaman Cina. Pada tahun 1967 datanglah seorang wanita bernama Dolly Khavit lalu menikah dengan pelaut Belanda. Si Dolly Khavit-lah manusia pertama kali yang mendirikan rumah bordil di sana. Untuk lebih lengkapnya lihat : Tjahyo Prnomo. Membedah Dolly (Surabaya: Usaha Nasional) Thn 1987

8 Dinamakan Taman Surga karena taman ini selalu dijadikan tempat untuk memperoleh kenikmatan-kenikmatan intelektual melalui kajian-kajian diskusi dikampusku.

9 Perkenalanku dengan wanita paruh baya yang masih keliatan energik ini meski usianya sudah menapaki kepala tiga akan aku ceritakan di catatan perjalananku…he he he he… Maaf ya Ibu Direkturku…aku hanya ingin mengikuti apa yang ada dikepalaku saat ini… Salam tangan di kening sambil menunduk...kalau ada yang salah tolong dikoreksi....Sitok sitok yooo...(**Sambil garu-garuk kepala)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger