RENUNGAN DALAM DIRI

Senin, 09 Mei 2011


Galau…Galau melingkupi ruang pikiranku. Tak ada lagi ketenangan batin yang kuperoleh selama jauh dari-Nya. Sudah lama kening ini tak menyentuh tanah, unsur yang menjadi sebab keberadaanku. Terkesan congkak memang…. Berulangkali aku memaksa untuk kembali pada-Nya. Namun entah mengapa tarikan begitu kuat tak kuasa kulawan.

Terkadang aku bertanya pada hakikat terdalam yang ada didalamku. Namun tak jua dia memberi jawaban. Entah apakah karena dia tak pernah aku asah hingga jutaan debu menutupi permukaan wajahnya. Aku tak tahu. Yang kutahu aku berada dalam kegalauan saat jauh dari-Nya.

Oh Diri……Sampai kapan aku harus seperti ini? Sampai tubuh berkalung tanah? Sampai habis nafas di kerongkongan? Atau sampai seluruh semesta ini hancur berantakan?....Kulihat kau diam membisu. Tak memberikan jawaban apapun. Diam. Hanya diam yang kau bisa. Padahal yang kuharap hanyalah kata yang keluar dari mulutmu. Sebab engkaulah yang sangat dekat dengan-Nya. Engkaulah wahyu kedua selain lembaran-lembaran kitab suci yang selalu kubaca saat dulu aku dekat dengan-Nya.

Kala itu kedamaian hati selalu ada. Tenang, sejuk. Oh diri…..Aku ingin masa itu terulang kembali. Saat-saat indah bermesraan dengan-Nya. Kala Dia mengajakku berdansa dalam taman kebahagiaan surgawi. Tarian erotis-Nya merindukanku untuk kembali pada-Nya. Apalagi saat kurasakan orgasme bersenggama dengan-Nya. Nikmaaat. Nikmat betul saat itu.

Hidup jadi lebih bergairah, bersemangat. Mungkin ini yang dikatakan Karl Marx bahwa agama adalah candu. Candu bagi manusia-manusia lemah yang kecewa dengan permainan hidup. Tapi pendapatku mengatakan lain. Manusia, sekuat apapun dia pasti membutuhkan kebahagian hakiki. Kebahagian yang bisa memberikan motivasi untuk hidup yang lebih baik.

Aristoteles mengajarkanku tentang arti kebahagiaan. “kebahagiaan hakiki akan diperoleh kalau kamu menyadari tujuan hidup di dunia ini”. Yaaa…Tujuan hidup..!! Aku belum tahu arah dan tujuan hidupku. Sampai berapa lama aku harus mencari tujuan hidupku? Dimana tujuan hidupku? Dan bagaimana caraku untuk mencapainya?

Selama ini Aristoteles hanya mengajarkanku bahwa ada dua tujuan dalam kehidupan ini. Pertama, tujuan sementara. Kedua, tujuan Akhir. Tujuan sementara hanyalah batu loncatan untuk mencapai tujuan lebih lanjut. Sedangkan tujuan akhir adalah tujuan yang apabila telah dicapai, kita tidak mengharapkan apa-apa lagi. Saat kutanyakan pada Aristoteles, “ Apa tujuan akhir itu, wahai bapak Filosof?. “Kebahagiaan. Hanya kebahagiaan”. Jawabnya.

Selama perjalanan hidup ini, aku terus dan terus mencari keberadaan “kebahagiaan” yang dimaksud oleh Aristoteles itu. Apa yang sudah kuperoleh selama ini belum bisa memberikan kebahagiaan yang hakiki. Uang, kekuasaan dan ketenaran…..Aaaah. Bullshit!! Aku belum puas!!! Dengan uang apapun bisa kubeli, tapi uang tidak bisa membelikan untukku kebahagiaan. Kekuasaan? Ooh…mahluk satu ini memang menggiurkan, tapi aku sudah menggapainya. Dan tak kutemukan kebahagiaan di sana….!!! Ketenaran…Oh No, apalagi!! Sudah berapa banyak jabatan structural dari kecil hingga perguruan tinggi yang kuraih. Hingga aku bisa dikenal oleh beragam kalangan tapi tak satupun yang yang bisa memberikanku sesuatu yang namanya “kebahagiaan”.

Owh Diri……Bantulah aku mencari ‘kebahagiaan” hakiki itu. Aku membutuhkannya agar aku tak mengharapkan apa-apa lagi. Ataukah kebahagiaan itu ada di alam dibalik alam ini? Apa aku harus mati dulu untuk menemukannya ya????........

Surabaya 27 Februari 2011…..Saat kegalauan menyelimutiku……..!!!!
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger