PESAN WILLIAM FORESTER DAN Dr. MOBIN BUATKU

Senin, 09 Mei 2011


Bahagia sekali rasanya kala menemukan kata-kata dari William Forester yang diutarakan Oleh Hernowo Hasyim. Forester berpesan bagi para penulis pemula dengan berkata” Menulislah saat pertama kali dengan hatimu. Setelah itu perbaikilah tulisanmu dengan pikiranmu. Kunci pertama dalam menulis bukanlah berpikir. Melainkan mengungkapkan apa saja yang kamu rasakan”.

Ungkapan Forester yang diutarakan melalui tulisan Hernowo Hasyim itu menggugah dan membangkitkan semangat menulisku. Selama dua hari kemarin tak ada secuilpun tulisan yang bisa kuhasilkan. Benar-benar menyiksa sebenarnya. Kendala yang dihadapi ya memang seperti apa yang diutarakan oleh Forester itu. Saya menulis sambil berpikir.!! Menulis sambil berpikir ini akan membuat aktivitas menulis ibarat mendorong tembok besar dihadapan kita. Sebab belum rampung sebuah tulisan menjadi satu karya utuh, sedikit-sedikit sudah main delete. Benar-benar menyiksaku. Dari dulu saya tidak belajar dari pengalamanku sendiri.

Hasil tulisanku yang dulu sekali kala masih semester tiga kulihat di folder terasa beda benar dengan hasil tulisanku sekarang. Kutulis tulisan itu dengan emosi yang ada di hati. Entah bahasanya kok beda banget. Lebih asyik. Mengalir.

Menulis merupakan aktivitas yang harus di latih setiap hari. Agar nantinya kegiatan menulis tidak lagi menjadi beban tapi menjadi kesenangan. Mungkin nggak ya menulis menjadi aktivitas yang menyenangkan?? Jawaban itu selalu saja menggelayut dibenakku. Mungkin kawan-kawan dapat memberi jawabnya??

Terkadang pula menulis menjadi sebuah tumpahan emosi. Ada kisah menarik di Pakistan yang bisa dijadikan sebuah pelajaran. Kisah itu berawal dari banyaknya angka kematian melalui bunuh diri di sana. Kebanyakan pelakunya adalah dari kalangan remaja. Prilaku bunuh diri ini mereka lakukan karena ketidaktahuan kalangan remaja di Pakistan pada seks. Kalangan remaja itu mengganggap perubahan yang terjadi saat pubertas pada psikis dan fisik mereka disebabkan karena penyakit. Nah melihat hal itu, salah seorang psikiater bernama Dr. Mobin Akhtar berusaha menekan angka kematian itu melalui sebuah buku yang ditulisnya. Buku itu berjudul Sex Education For Muslim.

Didalamnya, Dr. Mobin menjelaskan prihal seks dibingkai dengan bentuk Islami. Akan tetapi, niat baik itu di cemooh oleh kalangan politisi di Pakistan. Ia dianggap penyebar pornografi pada kalangan remaja. Lebih ironis juga kala pengakuan yang ia tuturkan, bahwa toko buku di Pakistan ogah memajang bukunya itu. Naudzubillah!!!!

Kata-kata Forester dan luapan emosi Dr. Mobin Akhtar itu memberikan aku satu inspirasi yang begitu mendalam buat perjalananku menapaki dunia tulis menulis. Sebab sebagaimana sebuah pepatah yang mengatakan : Scripta Manet Verba Volant. Bahasa tutur akan segera hilang bersama desiran Angin. Namun, bahasa tulisan akan tetap mengabadi sepanjang zaman. Falyatafakkar!!! Maka pikirkanlah.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. SHOFA AS-SYADZILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Edited by Arick Evano
Proudly powered by Blogger